Spiritualisasi Kehidupan

Umat Islam kini menjadi perhatian dunia, bukan karena sisi ‘baiknya’ justru karena sisi ‘buruknya’. Banyak mata melihat sebuah paradok umat Islam, yang agamis sekaligus terroris. Sehingga muncul kecurigaan dalam dogma-dogma ajarannya, masjid-masjid harus dimata-matai, pesantren harus dibebaskan dari ajaran-ajaran pemicu kekerasan dan aktivis Islam terus diburu. Fakta lain yang juga membuat kita miris, bahwa negara-negara berpenduduk mayoritas muslim tak kalah dalah hal kriminalitas, korupsi, moral asusila, kemiskinan dan kebodohan. Fakta-fakta inilah juga memperkuat sebuah paradok umat Islam.

Dalam paradok ini, saya mencoba mencermati akar masalah utamanya dan memberikan alternatif solusi.

Akar masalah

Menyelesaikan masalah apapun, jika kita ingin permasalahan tersebut tuntas maka harus dimulai dari akarnya. Maka dari itu kita mencari akar masalahnya. Jika kita cermat, memang akar masalah itu berawal dari memudarnya bahkan hilangnya spiritualitas dalam kehidupan muslim.

Mengulas spiritualitas dalam Islam, sama halnya dengan membahas semua dimensi Islam dan kehidupan, karena Islam tidak memisahkan kehidupan darinya. Inilah yang membedakan Islam dengan sekulerisme, yang memisahkan antara spiritual dan kehidupan. Oleh karena itu sesungguhnya Islam tidak lain adalah spiritualisasi kehidupan.

Tak dapat dipungkiri faham sekulerisme ini dalam beberapa dekade telah mendominasi dunia, sehingga tidak ada agama atau keyakinan yang tidak berbenturan dengan sekulerisme. Sebagaimana menurut Arend Theodor Van Leeuwen dalam Christianty in World History menyatakan sekuler merupakan hadiah Kristen/Barat kepada dunia, dan ia sangat berharap bahwa akibat pertemuan barat dan dunia Islam, maka umat Islam melepaskan ‘mitos otoritas syariat yang mengatur kehidupan’.

Dalam sejarah umat Islam, memang tidak didapati pudarnya spiritualitas umat Islam separah ini. Pudarnya spiritualitas umat Islam selaras dengan semakin besarnya sekulerisme memasuki dunia Islam. Edward Said dalam buku Orientalisme, melihat dengan jelas bahwa misi orientalis tak lain adalah untuk mensekulerkan Islam. Sehingga pudarnya spiritualitas dalam umat Islam hingga separah ini tidak lain disebabkan oleh faham sekuler ini.

Pengaruh sekuler telah menimbulkan problem turunan yang sangat fatal. Pertama, sistem keyakinannya, hanya menerima masalah ukhrawi saja, sedangkan masalah duniawi mereka menerima faham lain. Mereka terlihat agamis, tapi juga kapitalis yang menghalalkan segala cara dalam meraih harta. Kedua, spiritualitas dalam kehidupan terasa hanya di masjid-masjid atau saat-saat beribadah saja. Sehingga yang tampak dalam kehidupan bermasyarakat maupun bernegara nihil akan spiritualitas.

Mengembalikan Spiritualisme

Mark Juergensmeyer menulis dalam bukunya Menentang Negara Sekuler, bahwa kebanyakan aktivis keagamaan seluruh dunia mempunyai kesamaan dilihat dari semangat mereka, yaitu penolakan terhadap barat dan para penganut sekulerisme modern. Ini berarti memang sekulerisme telah memudarkan bahkan menghilangkan spiritualitas kehidupan.

Namun yang sangat disayangkan upaya yang selama ini diusahakan terasa masih terpengaruh oleh sekuler yang sebatas masalah spirituialitas dalam arti sempit yang hanya berhubungan dengan Tuhan saja. Tetapi dalam hubungan dengan sesama yang lebih luas dalam nihil dari spiritualitas. Upaya ini tak ubahnya malah mengurangi ajaran Islam yang lengkap.

Maka, untuk mengembalikan spiritualitas dalam kehidupan, tidak ada jalan lain kecuali menghilangkan pengaruh sekuler dalam kehidupan beragama. Pengaruh sekuler dapat sempurna hilang jika agama tersebut juga mengatur seluruh dimensi kehidupan. Lengkapnya ajaran dalam seluruh dimensi kehidupan akan mengurangi kemungkinan masuknya nilai ataupun faham lain ke dalam pedoman hidup tersebut. Sebagaimana kita yakini bahwa Islam merupakan sebuah pedoman hidup yang lengkap.

Tahapan untuk mengurangi pengaruh sekuler dalam Islam, harus dimulai dari pemurnian pemikiran Islam dari upaya-upaya para orientalis ataupun misionaris. Kedua, penanaman aqidah umat yang kokoh, yang menjadikan seluruh dimensi kehidupan penuh dengan spiritualitas. Ketiga, mengembalikan ruh spiritualitas dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara dengan menerapkan syariat Islam.

Hanya dengan demikianlah spiritualitas kehidupan umat Islam dapat kembali, dan secara otomatis akan menghilangkan paradok umat Islam selama ini.

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.