Kekuatan Rakyat

Tragedi penegakkan hukum di negeri ini menjadi sebab panasnya suasana politik beberapa minggu ini. Fakta ini mengungkap rumor yang dulu masih setengah benar, tapi berbagai bukti saat ini menunjukkan fakta sebenarnya, kerusakan yang teramat parah.

Bagi siapa pun, konflik di pucuk elit penegak hukum dan politisi kian membawa keresahan siapapun terutama rakyat. Jelas, ini menjadi salah satu penyebab keadilan tidak pernah berpihak pada rakyat, terutama rakyat kecil. Ini juga yang menyebabkan kesejahteraan rakyat yang menjadi tujuan adannya Negara tidak pernah terwujud. Rakyat tetap tak berdaya atas berbagai himpitan kehidupan yang semakin keras. Negara dinilai tak mampu memberikan pelayanan dan perlindungan rakyatnya. Baca lebih lanjut

Buaya Ingin Jadi Cicak

Penahanan Bibit-Chandra menjadi perseteruan cicak-buaya semakin keras. Namun, bukan cicak yang kalah di ruang publik, justru buaya merasa terdesak dan ingin menjadi cicak agar mendapat simpati atau dukungan publik. Keinginan itu disampaikan Kapolri kepada para pimred media agar tidak menggunakan istilah cicak-buaya.

Melihat reaksi publik yang terasa tidak selaras dengan upaya Polri dalam menangani kasus Bibit-Chandra ini, Polri semakin kerepotan. Sebenarnya tak hanya Polri tapi Presiden sebagai penguasa tertinggi juga terkena getahnya. Dengan rekayasa pemberantasan pimpinan KPK ini, janji-janji pemberantasan SBY hanya sekedar janji kosong. Tak hanya itu, nama SBY juga ikut dicatut dalam rekaman KPK. Masyarakat kian sadar, bangsa ini memang kacau, bobrok, busuk terutama bagian atasnya. Baca lebih lanjut

Rating Poligami

Biasa, poligami menjadi kontroversi yang tak pernah selesai. Media selalu menempatkannya sebagai materi kontroversi yang cukup membangkitkan rating program. Maka berbagai fakta dan berita poligami bisa ditarik menjadi berita besar sampai infotaiment pun menjadi rubrik yang pas untuk membahasnya.

Ingatlah, setiap kali ada orang ’terkenal’ berpoligami, media langsung membidik sebagai berita kontroversi yang besar. Mulai poligami Puspo Wardoyo pemilik Ayam Bakar Wong Solo, Aa Gym, Syekh Puji dan kini, klub poligami Global Ikhwan menjadi  kontroversi ala media yang makin menjadi-jadi. Baca lebih lanjut

Asal Ideologi Teroris

Penyergapan Densus 88 pada sebuah rumah di Solo memang tak se-dramatis di Temanggung, tapi hasilnya dibilang fantastis, Noordin M. Top tewas. Wajah pimpinan Polri sampai Presiden penuh semangat menyatakan Noordin tamat. Berbagai pihak memberikan kata selamat atas prestasi yang dicapai dalam menumpas teroris.
Mengapa terorisme menyita begitu banyak perhatian masyarakat?. Tentu saja kondisi ini disebabkan ketakutan yang ditanamkan pada teroris sungguh berlebihan. Kondisi ini sepertinya tetap dijaga agar banyak kepentingan yang bisa diraih. Rakyat merasa butuh akan kerja polisi, legalitas keberadaan Densus 88 yang dibiayai AS, pengalihan opini, legalitas memburu lawan politik dan mencegah kebangkitan Islam.
Kini setelah tewasnya Noordin, wacana ideologi teroris kian santer. Berbagai pernyataan dan analisa kelanjutan teroris ke depan mengaitkan dengan ideologi yang dianut para teroris saat ini. Presiden dan Wapres perlu menyampaikan bahwa yang lebih bahaya dalah ideologi teroris. Jadi, ke depan diprediksi bisa muncul teroris yang lebih hebat dari Noordin M. Top?. Mediapun perlu menampilkan pengamat teroris untuk memberikan penekanan pada masyarakat bahwa Syaifudin Zuhri dan yang lolos adalah sel sempurna yang bisa melakukan semua pekerjaan Noordin.
Pertanyaan selanjutnya, darimana sesungguhnya ideologi terorisme yang mudah dituduhkan kepada siapa saja?. Pertanyaan ini penting dijawab mengingat karena semua pihak menolak dikaitkannya, dan akhirnya terjadi sikap saling curiga diantara elemen masyarakat. Apalagi selalu pelaku terorisme diidentikan dengan Islam dan simbol-simbul keislaman. Baca lebih lanjut